Liatlah
layang-layang diangkasa. Bergerak bebas terbang tinggi.meliuk-liuk
menguasai langit. Seolah-olah tidak ada lagi yang bisa menghalangi
kebebasannya. Dialah penguasa tertinggi di langit yang sangat gagah dan
berkuasa.
Tapi dia lupa. Ketika dia ingin terbang lebih dan lebih tinggi lagi,dia tidak bisa. Ada benang kuat yang menahannya. Dia tidak kuasa melawan dan hanya bisa menunggu keputusan tuannya dibawah sana. Apakah tuannya mau mengasih kesempatan dia buat terbang lebih tinggi lagi atau ditarik turun kebawah.
“Kenapa aku harus patuh dan takut pada tuannku yang terlihat rendah dan kecil dibawah sana?”. Pikir layang-layang tersebut. “ah, lebih baik aku membangkang dan melawan. Tak sudi aku diatur tuan kecil sepertinya. Tak sudi aku diikat benangnya yang lemah ini. Aku ingin bebas dan lebih berkuasa lagi dilangit ini. Akan aku putuskan benangnya”, pikirnya kala itu.
Layang-layang tersebut berhasil memutuskan benang yang mengikatkan. Dia tersenyum gembira membayangkan kebebasan didepan matanya. Tapi.....dia lupa.dia memang besar, gagah dan elok rupanya. Tapi dia tak bisa hidup sendiri untuk menguasai langit. Dia butuh angin untuk menerbangkannya. Dia butuh tali untuk mengendalikan terbangnya. Dia butuh tuannya untuk menuntun terbangnya. Celakalah dia, terlambat menyadarinya. Dia terbang bebas dilangit. Bukan..bukan lebih tinggi seperti duganya. Tapi dia jatuh bebas dan melayang kebawah, semakin lama semakin terbang rendah. Sang layang-layangpun akhirnya jatuh di ranting sebuah pohon. Dia tersangkut disana tanpa punya daya dan kuasa untuk melepaskan diri. Rangkanya patah-patah, kertasnya sobek-sobek. Sekarang dia sudah dia sadar klo tidak berkuasa lagi, sekarang dia lemah. Sekarang dia hanyalah bambu patah-patah dengan kertas sobeknya yang sudah tidak elok lagi. Kemana kedigdayaannya tadi?. Sekarang dia sadar dan menyesal telah berperilaku pongah ketika dia berkuasa.
Tapi dia lupa. Ketika dia ingin terbang lebih dan lebih tinggi lagi,dia tidak bisa. Ada benang kuat yang menahannya. Dia tidak kuasa melawan dan hanya bisa menunggu keputusan tuannya dibawah sana. Apakah tuannya mau mengasih kesempatan dia buat terbang lebih tinggi lagi atau ditarik turun kebawah.
“Kenapa aku harus patuh dan takut pada tuannku yang terlihat rendah dan kecil dibawah sana?”. Pikir layang-layang tersebut. “ah, lebih baik aku membangkang dan melawan. Tak sudi aku diatur tuan kecil sepertinya. Tak sudi aku diikat benangnya yang lemah ini. Aku ingin bebas dan lebih berkuasa lagi dilangit ini. Akan aku putuskan benangnya”, pikirnya kala itu.
Layang-layang tersebut berhasil memutuskan benang yang mengikatkan. Dia tersenyum gembira membayangkan kebebasan didepan matanya. Tapi.....dia lupa.dia memang besar, gagah dan elok rupanya. Tapi dia tak bisa hidup sendiri untuk menguasai langit. Dia butuh angin untuk menerbangkannya. Dia butuh tali untuk mengendalikan terbangnya. Dia butuh tuannya untuk menuntun terbangnya. Celakalah dia, terlambat menyadarinya. Dia terbang bebas dilangit. Bukan..bukan lebih tinggi seperti duganya. Tapi dia jatuh bebas dan melayang kebawah, semakin lama semakin terbang rendah. Sang layang-layangpun akhirnya jatuh di ranting sebuah pohon. Dia tersangkut disana tanpa punya daya dan kuasa untuk melepaskan diri. Rangkanya patah-patah, kertasnya sobek-sobek. Sekarang dia sudah dia sadar klo tidak berkuasa lagi, sekarang dia lemah. Sekarang dia hanyalah bambu patah-patah dengan kertas sobeknya yang sudah tidak elok lagi. Kemana kedigdayaannya tadi?. Sekarang dia sadar dan menyesal telah berperilaku pongah ketika dia berkuasa.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih jika anda sudi meninggalkan komentar anda.....